Menurut definisi, anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah
(hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu
diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang
diuraikan oleh anamnesa dan pemikiran fisik yang teliti, serta asi didukung oleh
pemeriksaan laboratorium.
Manifestasi
Klinik
Pada anemia, karena semua sistem organ dapat
terlibat, maka dapat menimbulkan manifestasi klinik yang luas.
Manifestasi ini bergantung pada:
- Kecepatan timbulnya anemia,
- Umur individu,
- Mekanisme kompensasinya,
- Tingkat aktivitasnya,
- Keadaan penyakit yang mendasari, dan
- Parahnya anemia tersebut.
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang,
maka lebih sedikit O2 yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang
mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simtomatoogi
sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Namun pengurangan hebat massa
sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangannya 50%)
memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya
penderita asimtomatik, kecuali pada kerja jasmani berat.
Mekanisme
kompensasi bekerja melalui:
- Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 ke jaringan-jaringan oleh sel darah merah,
- Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin,
- Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, dan
- Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (deGruchy, 1978 ).
Etiologi
1. Karena cacat sel darah merah (SDM)
Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak
sekali. Tiap-tiap komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan
menimbulkan masalah bagi SDM sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai
mana mestinya dan dengan cepat mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada
umumnya cacat yang dialami SDM menyangkut senyawa-senyawa protein yang
menyusunnya. Oleh karena kelainan ini menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.
2. Karena kekurangan zat gizi
Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan
oleh
faktor luar tubuh, yaitu kekurangan
salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalam SDM disebabkan oleh faktor
konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat diobati,
yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia SDM sehingga mendekati umur
yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya mengurangi
penyulit yang terjadi.
3. Karena perdarahan
Kehilangan darah dalam jumlah besar
tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah SDM dalam darah, sehingga terjadi
anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini secara nisbi
jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena kecelakaan dan bahaya yang
diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan dilakukan untuk
mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke keadaan
semula, misalnya dengan tranfusi.
4. Karena otoimun
Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh
dapat mengenali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tidak
dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya terjadi dalam jumlah besar.
Bila hal tersebut terjadi terhadap SDM, umur SDM akan memendek karena dengan
cepat dihancurkan oleh sistem imun.
Diagnosis (gejala atau tanda-tanda)
- kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah,
- sakit kepala, dan mudah marah,
- tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi,
- pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan
kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit
bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan,
dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna
menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh
kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah
jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita
yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia
miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif
sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan
beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas
pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi
berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus
(telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan
saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran cerna yang
umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini adalah
anoreksia (kehilangan nafsu makan), nausea, konstipasi (sulit buang air besar) atau diare dan stomatitis
(sariawan lidah dan mulut).
Klasifikasi Anemia
Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menunjukkan warnanya. Sudah dikenal tiga klasifikasi besar.
1. Anemia Normositik Normokrom
Dimana ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang.
2. Anemia Makrositik Normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.
3. Anemia Mikrositik Hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem
(besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan
kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada
talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
Anemia dapat
juga diklasifikasikan menurut etiologinya. Penyebab utama yang dipikirkan
adalah :
- Meningkatnya kehilangan sel darah merah, dan
- Penurunan atau gangguan pembentukan sel.
Anemia Hemolitik
Meningkatnya kehilangan sel darah
merah dapat disebabkan oleh perdarahan atau oleh penghancuran sel. Perdarahan
dapat disebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat pardarahan kronik karena
polip pada kolon, penyakit-penyakit keganasan, hemoriod atau menstruasi.
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis,
terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran
sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah itu sendiri terganggu
adalah:
- Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, misal nya anemia sel sabit.
- Gangguan sintetis globin misalnya talasemia.
- Gangguan membran sel darah merah misalnya sferositosis herediter.
- Defisiensi enzim misalnya defisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase).
Yang disebut diatas adalah Gangguan Herediter. Namun, hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan
lingkungan sel darah merah yang seringkali memerlukan respon imun. Respon
isoimun mengenai berbagai individu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh
tranfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari
pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri. Keadaan yang di
namakan Anemia Hemolitik Otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui
setelah pemberian suatu obat tertentu seperti alfa-metildopa, kinin,
sulfonamida, L-dopa atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia
limfositik kronik, lupus eritematosus, artritis reumatorid dan infeksi virus.
Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasifikasikan menurut suhu dimana
antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah –antibodi tipe panas atau antibodi
tipe dingin.
Malaria adalah penyakit parasit yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang terinfeksi. Penyakit ini akan
menimbulkan anemia hemolitik berat ketika sel darah merah diinfestasi
oleh parasit plasmodium, pada keadaan ini terjadi kerusakan pada sel darah
merah, dimana permukaan sel darah merah tidak teratur. Sel darah merah yang
terkena akan segera dikeluarkan dari peredaran darah oleh limpa(Beutler,
1983)
Hipersplenisme (pembesaran limpa,
pansitopenia, dan sumsum tulang hiperselular atau normal) dapat juga
menyebabkan hemolisis akibat penjeratan dan penghancuran sel darah merah. Luka
bakar yang berat khususnya jika kapiler pecah dapat juga mengakibatkan
hemolisis.
Klasifikasi etiologi utama yang kedua adalah pembentukan
sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoiesis). Setiap keadaan
yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia dan multipel mieloma; obat dan zat kimia toksik; dan penyinaran dengan radiasi dan
- Penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dan hati, penyakit-penyakit infeksi dan defiensi endokrin.
Kekurangan
vitamin penting seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C
dan besi dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia. Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan
pertimbangan morfologis dan etiologi.
Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk disumsum tulang yang
dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang
dihasilkan tidak memadai. Penderita mengalami pansitopenia yaitu
kekurangan sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Secara morfologis
sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah
atau hilang dan biopsi sumsum tulang menunjukkan suatu keadaan yang
disebut “pungsi kering” dengan hipoplasia yang nyata dan terjadi pergantian
dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pengobatan terdiri dari mengidentifikasi
dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat
ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik. Beberapa
keadaan seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.
Gejala-gejala Anemia Aplastik
Kompleks gejala anemia aplastik berkaitan dengan
pansitopenia. Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan anemia adalah defisiensi
trombosit dan sel darah putih.
Defisiensi trombosit dapat
mengakibatkan:
(1) Ekimosis dan ptekie (perdarahan dalam
kulit),
(2) Epistaksis (perdarahan hidung),
(3) Perdarahan saluran
cerna,
(4) Perdarahan saluran kemih,
(5) Perdarahan susunan saraf
pusat.
Defisiensi sel darah putih mengakibatkan lebih mudahnya terkena infeksi. Aplasia berat disertai pengurangan atau tidak adanya retikulosit jumlah granulosit yang kurang dari 500/mm3 dan jumlah trombosit yang kurang dari 20.000 dapat mengakibatkan kematian dan infeksi dan/atau perdarahan dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun penderita yang lebih ringan dapat hidup bertahun- tahun. Pengobatan terutama dipusatkan pada perawatan suportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi sel lain merupakan penyebab utama kematian maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi.
Pencegahan Anemia Aplastik dan Terapi yang Dilakukan
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi
(ruangan dengan aliran udara yang mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene
yang baik. Pada pendarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen
darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit dan trombosit dan
antibiotik. Agen-agen perangsang sumsum tulang seperti androgen diduga
menimbulkan eritropoiesis, tetapi efisiensinya tidak menentu. Penderita anemia
aplastik kronik dipertahankan pada hemoglobin (Hb) antara 8 dan 9
g dengan tranfusi darah yang periodik.
Penderita anemia aplastik berusia
muda yang terjadi secara sekunder akibat kerusakan sel induk memberi respon yang
baik terhadap tranplantasi sumsum tulang dari donor yang cocok (saudara kandung
dengan antigen leukosit manusia [HLA] yang cocok). Pada kasus-kasus yang
dianggap terjadi reaksi imunologis maka digunakan globulin antitimosit
(ATG) yang mengandung antibodi untuk melawan sel T manusia untuk mendapatkan
remisi sebagian. Terapi semacam ini dianjurkan untuk penderita yang agak tua
atau untuk penderita yang tidak mempunyai saudara kandung yang cocok.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi secara morfologis diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintetis
hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia.
Khususnya terjadi pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah
sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.
Penyebab lain defisiensi besi adalah:
- Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayur- sayuran saja,
- Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi dan
- Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa
rata-rata mengandung 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan
besar tubuhnya. Hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas
pada proses penuaan serta kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma ke
sumsum tulang untuk eritropoiesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil
dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, sepertiga sisanya disimpan
dalam hati, limpa dan dalam sumsum tulang sebagai feritin dan sebagai
hemosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.
Patofisiologi Anemia Defisiensi Besi
Walaupun dalam diet rata-rata terdapat 10 - 20 mg besi, hanya
sampai 5% - 10% (1 - 2 mg) yang sebenarnya sampai diabsorpsi. Pada persediaan
besi berkurang maka besi dari diet tersebut diserap lebih banyak. Besi yang
dimakan diubah menjadi besi fero dalam lambung dan duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal. Kemudian besi
diangkut oleh transferin plasma ke sumsum tulang untuk sintesis
hemoglobin atau ke tempat penyimpanan di jaringan.
Tanda dan Gejala Anemia pada Penderita Defisiensi
Besi
Setiap milliliter darah mengandung 0,5 mg besi. Kehilangan besi
umumnya sedikit sekali, dari 0,5 sampai 1 mg/hari. Namun wanita yang mengalami
menstruasi kehilangan tambahan 15 sampai 28 mg/bulan. Walaupun kehilangan darah
karena menstruasi berhenti selama hamil, kebutuhan besi harian tetap meningkat,
hal ini terjadi oleh karena volume darah ibu selama hamil meningkat, pembentukan
plasenta, tali pusat dan fetus, serta mengimbangi darah yang hilang pada waktu
melahirkan.
Selain tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh anemia,
penderita defisiensi besi yang berat (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/
100 ml;Hb 6 sampai 7 g/100 ml)mempunyai rambut yang rapuh dan halus serta kuku
tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia).
Selain itu atropi papilla lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin,
mengkilat, merah daging, dan meradang dan sakit. Dapat juga timbul stomatitis
angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit di sudut-sudut mulut.
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir
normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer,
eritrosit mikrositik dan hipokrom disertain poikilositosis dan
aniositosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi
berkurang walaupun kapasitas meningkat besi serum meningkat.
Pengobatan anemia pada penderita defisiensi
besi
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan
menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghambat
perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan dan hemoroid;
perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi makan susu atau
individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis
besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah besi yang tersedia
(misalnya hati, masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan
mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam bentuk parenteral dan
oral. Sebagian penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa-senyawa oral
seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara
sangat selektif, sebab harganya mahal dan mempunyai insidens besar terjadi
reaksi yang merugikan.
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrositik normokrom.
Anemia megaloblastik diklasifikasikan menurut morfologinya sebagai anemia makrositik normokrom.
Sebab-sebab atau Gejala Anemia
Megaloblastik
Anemia megaloblastik sering disebabkan
oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA
terganggu. Defisiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsorpsi,
kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan
postgastrekomi) infestasi parasit, penyakit usus dan keganasan, serta
agen kemoterapeutik. Individu dengan infeksi cacing pita (dengan
Diphyllobothrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing
pita berkompetisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B12 dari makanan, yang
mengakibatkan anemia megaloblastik (Beck, 1983).
Walaupun
anemia pernisiosa merupakan prototip dari anemia megaloblastik defisiensi folat
lebih sering ditemukan dalam praktek klinik. Anemia megaloblastik sering kali
terlihat pada orang tua dengan malnutrisi, pecandu alkoholatau pada remaja dan
pada kehamilan dimana terjadi peningkatan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
fetus dan laktasi. Kebutuhan ini juga meningkat pada anemia hemolitik, keganasan
dan hipertiroidisme. Penyakit celiac dan sariawan tropik juga menyebabkan
malabsorpsi dan penggunaan obat-obat yang bekerja sebagai antagonis asam
folat juga mempengaruhi.
Pencegahan anemia pada penderita anemia
megaloblastik
Kebutuhan minimal folat setiap hari kira-kira 50 mg
mudah diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang paling melimpah adalah daging
merah (misalnya hati dan ginjal) dan sayuran berdaun hijau yang segar. Tetapi
cara menyiapkan makanan yang benar juga diperlukan untuk menjamin jumlah
gizi yang adekuat. Misalnya 50% sampai 90% folat dapat hilang pada cara
memasak yang memakai banyak air. Folat diabsorpsi dari duodenum dan jejunum
bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan dalam hati.
Tanpa adanya asupan folat persediaan folat biasanya akan habis kira-kira
dalam waktu 4 bulan. Selain gejala-gejala anemia yang sudah dijelaskan penderita
anemia megaloblastik sekunder karena defisiensi folat dapat tampak seperti
malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertai rasa
sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4
mg/ml).
Pengobatan anemia pada penderita anemia
megaloblastik
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya pengobatan bergantung
pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalah
memperbaiki defisiensi diet dan terapi pengganti dengan asam folat atau
dengan vitamin B12. penderita kecanduan alkohol yang dirawat di rumah
sakit sering memberi respon “spontan” bila di berikan diet seimbang.
Daftar Pustaka
1. Sadikin Muhamad, 2002, Biokimia Darah, widia medika, jakarta
2. http://www.majalah-farmacia.com
3. http://www.pediatrik.com
4. Sylvia A. Price Lorraine M. Wilson, 2002, Patofisiologi, Jilid1, EGC, Jakarta
Beberapa Artikel yang Terkait Ada di Bawah Sini ^^)
- Anemia
- Anemia pada Kehamilan
- HEMOLYTICANEMIA
- Perempuan dan Anemia
- ANEMIA
- anemia
- Hubungan Anemia dalam Kehamilan dengan Pendarahan Postpartum karena Atonia uteri
- PedomanAnemiaGizi
- Pencegahan Anemia Defisiensi Besi sejak Bayi sebagai Salah Satu Upaya....
- MalariapadaKehamilan
- http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76:anemia&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66
- http://indonesiaindonesia.com/f/13478-anemia-hemolitik/
- http://www.scribd.com/doc/4638309/Anemia-Aplastik
- http://drdjebrut.wordpress.com/tag/anemia-defisiensi-fe/
- http://www.scribd.com/doc/39697969/Anemia-Megaloblastik
Teks tanpa LINK jangan dimerahkan, atau jangan dibuat daftaqr di bawahnya, tapi langsung gunakan teks tersebut untuk di link-kan
BalasHapusbaik, makasih pak :)
BalasHapusS128Cash adalah Agen Betting Online Uang Asli Terbesar dan Terpercaya di Indonesia.
BalasHapusBagi Anda Pecinta Betting Online dan ingin mencari Agen Terbaik, segera bergabung bersama kami.
Hanya dengan minimal deposit Rp 25.000,- Anda sudah bisa menikmati semua permainan yang ada, seperti Sportsbook, Live Casino, Sabung Ayam Online, IDN Poker, Slot Games Online, Tembak Ikan Online, Klik4D dan masih banyak permainan lainnya.
Hanya disini Anda bisa melakukan semua transaksi 24 Jam NONSTOP !! (BANK TIDAK ADA JAM OFFLINE) dan kami juga menyediakan depost via PULSA, OVO dan GOPAY.
PROM BONUS S128Cash :
- BONUS NEW MEMBER 10%
- BONUS DEPOSIT SETIAP HARI 5%
- BONUS CASHBACK 10%
- BONUS FREEBET 200rB
- BONUS 7x KEMENANGAN BERUNTUN !!
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami melalui :
- Livechat : Live Chat Judi Online
- WhatsApp : 081910053031
Link Alternatif :
- http://www.s128cash.biz
Judi Bola
Agen Judi Bola